Penulis Ida Liana, M.Pd
“Seorang guru mempengaruhi keabadian;
dia tidak pernah tahu di mana pengaruhnya berhenti." - Henry Adams
Ketika
aku dan putriku “Aurel” membereskan tumpukan
buku-buku lama, tanpa sengaja aku menemukan sebuah album usang. Ketika ku buka
album usang tersebut, aku melihat
photoku ketika masih duduk di sekolah dasar bersama guru dan
teman-temanku. Putriku Aurel bertanya yang mana photoku, dan apakah ini guruku,
sambil menunjuk photo sesosok wanita
cantik berdiri disebelahku. Dengan menganggukan kepala, ku jawab pertanyaan putriku.
Aku
langsung bercerita kepada putriku, jika ibu guru yang cantik di photo tersebut bernama Zirzia Etty Riza adalah seorang guru yang sangat berjasa ketika aku duduk di
sekolah dasar dan sangat mempengaruhi hidupku. Masih ingat ketika aku duduk di kelas
empat sekolah dasar, aku adalah murid yang pendiam, penakut, dan lemah di
bidang pelajaran matematika.
Hasil latihan atau ulangan matematikaku, selalu hasilnya
sangat jelak, paling besar aku mendapat nilai kursi terbalik alias
nilai empat.
Kenangan tak terlupa di dalam hidupku, ketika ulangan harian matematika, dan kertas
hasil ulangan dikembalikan ke semua siswa, tujuannya supaya siswa mengetahui
hasil kemampuan belajar mereka. Ketika namaku dipanggil untuk mengambil hasil
ulangan, hatiku deg degkan, sebab sudah bisa kutebak nilaiku dua atau empat.
Dan benar sekali nilai hasil ulangan harianku adalah empat.
Temanku Indra, murid yang
paling jahil dan usil dikelas bertanya, berapa nilai yang kudapat, aku hanya diam,
dan tanpa ku sadari kertas ulanganku direbut untuk melihat hasilnya, Dan Indra langsung
tertawa terbahak-bahak dan berteriak dikelas, jika aku mendapat nilai ulangan
yang besar, yaitu nilai kursi terbalik alias empat. Serentak teman-temanku
sekelas tertawa.
Bel
tanda pulang berbunyi menyelamatkanku dari kejahilan teman-temanku. Ketika aku
berjalan kearah pintu sambil menunduk untuk
pulang, Guruku bu Zirzia memanggilku dengan lembut, Beliau memintaku untuk
berbicara sebentar, mungkin beliau tahu apa yang ada dihatiku. Dengan lembut dia
berkata Jangan dihiraukan teman-temanku yang suka menjahilku, beliau berkata kalau
aku juga anak yang pintar dibidang pelajaran matematika. Beliau mengumpamakanku
sedang berlomba lari. Aku adalah seorang pelari yang cepat dan tangkas juga,
hanya sayang kecepatan lawan atau teman lebih cepat dariku sehingga aku selalu
tertinggal.
Beliau berkata saya bisa berlari secepat mereka asal saya mau berlatih. Maksud
dari ucapan beliau adalah jika aku sering berlatih/belajar matematika aku akan bisa mendapatkan nilai
yang memuaskan, dan beliau bersedia membantu ketika jam istirahat atau setelah
pulang sekolah. selama aku menjadi muridnya, TIDAK PERNAH beliau mengucapkan kata bodoh, lelet atau julukan
lainnya kepada semua muridnya di kelas. Dia selalu mengumpakan dengan sesuatu
melalui ucapan/cerita.
"Semua anak adalah baik karena Allah telah menginstal di
dalam dirinya fitrah yang lurus."
Beliau juga memotivasiku jika di mata pelajaran yang
lain nilaiku sangat baik dan bagus. Sejak itu
aku termotivasi untuk terus berlatih dan belajar. Sampai lulus sekolah
dasar nilaiku memuaskan, Bahkan ketika sekolah di SMA aku selalu mendapat
rengking, kebetulan karir pekerjaan beliau
bagus, Beliau menjadi kepala sekolahku
di SMA. Ketika pembagian raport kebetulan wali kelasku tidak masuk karena
sakit, ibu Zirzia bersedia untuk membantu membagikan raport kami satu kelas.
Betapa
senangnya beliau ketika melihat hasil raportku bagus dan mendapat rangking pertama, Beliau sangat bangga, dan memberi tahukan kesemua guru diruangan rapat, jika aku
muridnya di sekolah dasar.
Aku tidak bisa membayangkan bila dahulu ketika aku
duduk di sekolah dasar tanpa ada beliau. Mungkin aku tetap menjadi anak yang
pendiam, tidak percaya diri, dan tetap menjadi anak yang tidak bisa mengerjakan
soal matematika. Mungkin juga aku tidak bisa kuliah S1, S2 bahkan tidak bisa
menjadi PNS seperti saat ini. Nasehat beliau adalah memotivasiku dalam belajar, dan sangat
mempengaruhi hidupku. Beliau juga adalah sosok guru yang selalu memotivasi,
mengarahkan, memperjuangkan dan menenangkan siswanya. Beliau tak
ubahnya lentera dalam kegelapan akalku. Beliau
punya andil dalam hidupku, tanpa beliau mungkin aku tidak akan seperti ini.
Sambil menutup album, aku berkata kepada putriku Aurel
bahwa beliau adalah pahlawan dalam hidupku. Ku jelaskan kepada putriku Aurel, pahlawan
bukan hanya seorang pejuang. Seorang bisa disebut pahlawan bila dia bisa membantu seseorang dengan memberi semangat, motivasi, dan membangkitkan percaya diri. Sehingga orang
tersebut berhasil mengatasi masalah di dalam hidupnya, dan berhasil. Di dalam hatiku, ku ucapkan banyak terimakasih
untuk beliau, dan tak lupa kupanjatkan doa untuknya, semoga beliau di alam sana
mendapatkan tempat yang paling baik di sisi tuhan. Aamiin YRA.
“Guru yang baik tahu
bagaimana membawa yang terbaik dalam diri siswa.”
-- Charles Kuralt --
#tikomdikjabar
#disdikjabar
#HelloHerochallenge
#ridwankamil
PROFIL PENULIS
Ida Liana, M.Pd
Dilahirkan di kota Palembang, pada tanggal 27 September 1973. Merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan Marihan (alm) dan Nurhaya (almarhum). Menempuh pendidikan dimulai dari SDN 23 Palembang (lulus tahun 1984), SMP BI 19 Palembang (lulus tahun 1987), SMA BI 1 Palembang (lulus tahun 1990), S1 PLB FIP IKIP Bandung (lulus tahun 1999), dan S2 Magister Pendidikan UNINUS Bandung (lulus tahun 2018). Penulis adalah guru SLBN B Pembina Tingkat Provinsi Jawa Barat, dan tinggal di kota Sumedang Jawa barat, yang mempunyai hobby membaca, menulis, tenis meja dan badminton. Mempunyai cita-cita ilmu yang didapat untuk memajukan Pendidikan di Indonesia, khususnya Pendidikan luar biasa