Wednesday, October 28, 2020

Belajar Praktik IPA Sederhana Secara Daring Tetap Menyenangkan Bagi Anak Tunarungu (Praktik Baik Mengajar Di Masa Pandemi)


oleh
 IDA LIANA, M.Pd
 


"Guru sejati adalah guru yang bisa membuat murid percaya akan kemampuannya sendiri, dan bangga melihat perkembangan muridnya sekecil apa pun".


Minggu Pagi tanggal 4 Oktober 2020 yang lalu Jam 8.30 am, sambil duduk di ruang tamu seperti biasa aku memeriksa telpon genggamku untuk melihat pesan masuk melalui Aplikasi WhatsApp.

“Assalamualaikum, Selamat pagi, bu Ida” pesan Bima dari chat group  kelas IX tunarungu di aplikasi WhatsApp

“Selamat pagi, bu Ida, Bima” Pesan Ocang masuk setelah Bima

“Pagi selamat, bu Ida, Bima, Ocang dan” Pesan Sidik tidak mau ketinggalan, walaupun tulisannnya suka terbalik

“Waalaikumsalam, Selamat Pagi Bima, Ocang dan Sidik” jawabku

“Sidik, aduch sudah pintar sekarang menulis, tetapi menulis pesannya yang benar seperti ini ya, Selamat pagi, bu Ida, Bima, dan Ocang, Balasku di chat…

Dengan menggunakan imogi 🙏🙏🙏 (mohon maaf) Sidik membalas pesanku.

Setelah itu, aku menyarankan kepada mereka untuk melakukan video call untuk memudahkan aku menyampaikan materi untuk esok hari menggunakan bahasa isyarat dan bahasa ujaran karena mereka semua peserta didikku yang mengalami kelainan tunarungu.  Aku menyampaikan kalau besok kita belajar praktik sederhana percobaan membuat medan magnet. Semua anak besok harus menyediakan guntingan kecil kertas, dan penggaris plastik. Besok belajar seperti biasa dimulai jam 7.30 pagi melalui video call. Mendengar penjelasanku semua muridku menjawab Ia dengan isyarat dan mengucapkannya.

Senin Pagi jam 7.20, aku sudah bersiap-siap untuk mengajar secara daring,  aku membuka telpon genggamku untuk menyapa muridku di chat  whatsApp group kelas IX Tunarungu. Alhamdulilah mereka sudah stand bye. Tepat jam 7.30 aku menulis pesan untuk memulai video call. Walaupun belajar secara daring, belajar seperti halnya di sekolah, dimulai dengan berdoa, mengabsen muridku yang hanya berjumlah tiga orang dalam satu kelasnya, karena untuk murid SLB satu kelas paling banyak atau maksimal berjumlah 5 orang. Aku menyapa mereka, tidak lupa menanyakan keadaan mereka pagi ini, bagaimana tidurnya semalam. Semua menjawab dengan bermacam-macam dengan menggunakan isyarat dan bahasa ujarannya. Bima mengatakan kalau pagi ini dia baik, di rumah hanya sendiri karena mama dan papanya pergi ke pasar dan semalam tidur nyenyak. Ocang mengatakan pagi ini sehat, tetapi adiknya yang bungsu sakit panas, semalam tidur kemalaman karena main game sambil tertawa malu, Sedangkan Sidik mengatakan kalau dia hari ini bangun kesiangan hamper lupa sholat subuh.

Setelah itu aku menyampaikan kepada muridku  kalau hari ini kita belajar praktik sederhana IPA melakukan percobaan membuat medan magnet, tak lupa aku bertanya apakah bahan yang aku sampaikan kemarin seperti guntingan kecil kertas, dan penggaris sudah ada. Dengan bersamaan mereka menjawab sudah. Aku meminta tolong putriku “Aurel” untuk membantuku memperagakan  bagaimana  membuat medan magnet dengan menggunakan guntingan kecil kertas dan penggaris. Pertama-tama penggaris digosok-gosokkan ke rambut yang kering di kepala selama 2 menit, setelah terasa panas penggaris ditempelkan di guntingan kecil kertas, Dan apa yang terjadi guntingan kecil kertas menempel di penggaris.

Melihat percobaan tersebut semua muridku terkesima, dan ingin langsung mencoba. Aku mempersilakan muridku untuk mempratikkan percobaan tersebut. Semua sangat antusias dan senang. Bima gagal membuat guntingan kecil kertas menempel di penggaris,  karena  hanya menggosokan penggaris ke rambutnya hanya sebentar, sambil berucap maaf akan mencoba lagi sampai percobaannya berhasil, Ocang dengan sabar menggosok penggaris ke rambutnya sampai terasa panas baru di tempelkan ke guntingan kecil kertas, dan percobaannya berhasil. Sidik dengan semangat menggosokkan penggaris ke rambutnya, dan percobaanya berhasil. Aku tersenyum bahagia karena melihat muridku sangat senang dan antusias. 

Setelah selesai melakukan percobaan, aku bertanya kenapa kertas bisa menempel di penggaris, Semua menjawab karena penggaris digosok-gosokkan di rambut yang kering  dan menyebabkan rambut bisa menempel. Bagus kataku, Aku menjelaskan kalau kertas bisa menempel dipenggaris karena ada gesekan medan magnet  yang dilakukan dengan menggosok penggaris ke rambut yang kering. Gesekan itu menyebabkan terjadi magnet. Magnet terjadi adanya muatan listrik  yaitu kutup utara dan kutup selatan.

Sebelum menutup pembelajaran hari ini, aku menyarankan ke semua murid untuk memperaktikannya kembali bersama adik, kakak atau orang tua, Dan tidak lupa memberikan PR. Terakhir aku mempersilakan Bima untuk memimpin doa, dan mengucapkan salam kepadaku dan kepada teman-temannya.

Dari cerita saya diatas. Walaupun dimasa pandemi kita tetap bisa memberikan pelajaran yang menyenangkan untuk murid-murid kita. Kita tetap bisa melakukan percobaan atau praktik sederhana walaupun secara daring atau virtual. Tidak ada kata yang tidak bisa, asal kita mau mencobanya.  Brad Henry (https://www.bola.com/ragam/read/4276202/48-kata-kata-mutiara-untuk-guru-terbaik-wujud-terima-kasih-tak-terhingga) berkata “Seorang guru yang baik dapat mengilhami harapan, menyalakan imajinasi, dan menanamkan cinta belajar". Semoga tulisan saya ini bisa menginsfirasi guru-guru SLB di seluruh Indonesia. Kebahagian terbesar dari seorang guru SLB adalah bisa melihat muridnya melakukan sesuatu walaupun itu sangat sederhana sekali untuk anak regular (normal)

https://www.gurupenggerakindonesia.com/

https://www.facebook.com/groups/gurublogger

#PGRI

#KOGTIK

 #EPSON 

 #KSGN

#guruberbagi

https://guruberbagi.kemdikbud.go.id 



PROFIL PENULIS

Ida Liana, M.Pd


Dilahirkan di kota Palembang, pada tanggal 27 September 1973. Merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan Marihan (alm) dan Nurhaya (almarhum). Menempuh pendidikan dimulai dari SDN 23 Palembang (lulus tahun 1984), SMP BI 19 Palembang (lulus tahun 1987), SMA BI 1 Palembang (lulus tahun 1990), S1 PLB FIP IKIP Bandung (lulus tahun 1999),  dan S2 Magister Pendidikan UNINUS Bandung  (lulus tahun 2018). Penulis adalah guru SLBN B Pembina Tingkat Provinsi Jawa Barat, dan tinggal di kota Sumedang Jawa barat, yang mempunyai hobby membaca, menulis, tenis meja dan badminton. Mempunyai cita-cita  ilmu yang didapat untuk memajukan Pendidikan di Indonesia, khususnya Pendidikan luar biasa


Friday, October 16, 2020

Kenangan 3 hari di Hotel Panorama Lembang

 

Oleh; Ida Liana, M.Pd

 "Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya" Ki Hajar Dewantara

Tanggal 12 Desember -14 Desember 2019, Kenang-kenangan ketika  menjadi narasumber di Hotel Panorama Lembang Jawa Barat, 


Semoga apa yang telah aku sampaikan, atau ajarkan ke peserta dapat bermanfaat, dan menjadikan guru-guru di provinsi Jawa Barat menjadi juara. 



Saturday, October 10, 2020

GURU ADALAH CITA-CITAKU

 Oleh Ida Liana, M.Pd

Ketika duduk di sekolah dasar, aku mempunyai seorang guru yang cantik, ramah serta keibuan bernama ibu Zirzia Etty Reza, mengajarnya bagus dan mudah dimengerti sampai sekarang aku masih ingat bagaimana dia mengajar, Dia adalah guru favorit dan menjadi guru idolaku, ketika kecil aku bercita-cita ingin menjadi guru seperti dia. Karena dengan menjadi seorang guru, aku dapat beramal untuk dunia maupun akhirat.

Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, dan mungkin tanpa ada guru saya dan semua orang yang lainnya tidak mengerti huruf dan angka, dan juga tidak bisa menulis dan membaca. Guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Semua menjadi manusia-manusia yang berguna dengan adanya guru. Guru membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guryang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Lulus SMA tahun 1990 aku ikut Sepenmaru mengambil jurusan Bahasa Inggris di Fakultas keguruan Universitas Sriwijaya Palembang. Tapi sayang keberuntungan belum menjadi milikku, aku tidak lulus,   Tahun 1991 aku ikut Sepenmaru kembali dan mengambil jurusan yang sama, sayang aku kembali tidak lulus. Kegagalanku ke dua kalinya tidak membuatku putus asa, aku tetap ingin menjadi seorang guru, di rumah aku menjadi guru untuk keponakan-keponakanku dengan mengajari mereka setiap malam, membantu mereka mengerjakan PR dapersiapan untuk ulangan.

Tahun 1993 kakakku menawarkanku untuk ikut seleksi masuk  SGPLB di Bandung. Walaupun aku tidak tahu apa kepanjangan SGPLByang ku tahu adalah kelak   aku menjadi seorang guru yang sesuai dengan cita-citaku. Dan aku bisa sekolah di pulau Jawa keluar dari kotaku yaitu kota Palembang, Setelah satu bulan aku kuliah di SGPLB Bandung baru aku menyadari kalau SGPLB adalah sekolah guru khusus untuk anak-anak luar biasa atau anak-anak cacat. Tahun 1994 kebijakan pemerintah untuk menghapus sekolah SGPLB Bandung dengan mengintegrasikan ke IKIP Bandung di jurusan PLB, semua itu adalah anugrah tuhan yang mana cita-citaku yang ingin menjadi sarjana guru tercapai.

Yang membuatku tambah betah kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), Kami   ternyata tidak hanya menerima materi perkuliahan tentang pendidikan, kami juga belajar tentang anatomi tubuh, neurologi, anatomi mata, anatomi telinga, psikologi dan psikiater. Perkuliahan dilaksanakan di RSHS Bandung, RS Jiwa dan di klinik-klinik dokter, yang semua materi perkulihan tersebut diajarkan oleh Dosen luar biasa yang semuanya adalah dokter-dokter senior. 

Kesempatan kuliah di IKIP Bandung tidak aku sia-siakan, aku belajar dengan tekun dan alhamdulilah hasil Indek Prestasi ku tiap semester di atas 3.00. Dengan Indek Prestasiku  diatas 3,00 aku mengajukan beasiswa supersemar dan beasiswa-beasiswa lainnya. Alhamdulilah, semua aku dapatkan. Selain itu aku dipercaya oleh   seorang dosen untuk membantu mengajar di sekolah SMP Plus miliknya. 

Lulus tahun 1999 dengan hasil yudisium peringkat pertama dan IPK 3, 47 aku  resmi menjadi seorang sarjana dengan predikat nilai sangat memuaskan. Aku sangat bersykur kepada Allah Karena berhasil membuat bangga keluargaku. Sungguh impian yang indah menjadi guru sesuai dengan cita-citaku ketika kecil. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Menurutku predikat pahlawan sangat patut untuk diberikan kepada mereka yang telah mendidik kita selama ini. Aku menghargai mereka, terutama guru-guru sekolah dasarku.

Dan di tahun yang sama aku memutuskan untuk menikah, tahun 2000 aku ikut suami dan pindah ke Sumedang. Sungguh impian yang indah. Tahun 2002 aku memutuskan untuk menjadi tenaga sukwan di SLBN B Pembina Sumedang. Aku mengabdi sebagai guru sukwan di SLB selama 2 tahun tanpa dibayar atau tidak menerima gaji sepeserpun. Namun, jika dijalani dengan hati yang tulus semua terasa ringan. Aku menemukan kebahagiaan dari pekerjaan baruku ini. Menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus mengajarkanku tentang arti mensyukuri nikmat. Aku jadi lebih banyak bersyukur dengan segala nikmat yang kudapatkan dari Tuhan..

Tahun 2004 pemerintah mengadakan seleksi guru bantu dengan  honor 400 ribu perbulan, alhamdulilah aku lulus, dan tahun 2006 pemerintah mengadakaseleksi CPNS, Alhamdullilah aku lulus juga, mungkin ini rezeki dari tuhan  karena keiklasan dan keridhoanku mengabdi sebagai tenaga sukwan tanpa dibayar. Serta kecintaanku kepada murid-muridku yang berkebutuhan khusus.

Tidak mudah menjadi seorang guru pendidikan khusus atau anak cacat, Kita tidak hanya pintar tetapi harus mampu menciptakan metode dan trik khusus untuk mengajar mereka. Anak berkebutuhan khusus atau anak cacat berbeda dengan anak normal. Karakteristik mereka mereka bermacam-macam, salah satu karakteristik yang menonjol dari anak berkebutuhan khusus adalah bila dia menyukai seorang guru, Dia hanya ingin guru yang dia sukai yang mengajarnya dan tidak mau ke guru yang lain. Guru yang professional memiliki keakraban dengan siswa-siswinya, memiliki komunikasi yang baik terhadap siswa-siswinya, membuat suasana kelas nyaman dan mengasikan.

Suatu  kebanggaasebagai  guru  pendidikan  khusus  atau anak  cacat  bila melihat muridku dapat melakukan sesuatu, walaupun itu sangat sederhana dimata anak normal tetapi suatu yang luar biasa bagi murid-muridku berkebutuhan khusus/anak cacat, membuat mereka bisa percaya diri. Misalnya untuk anak tunagrahita, tunanetra, tunadaksa bisa memakai baju sendiri dan melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa dibantu. 

Apalagi melihat orang tua siswa yang merasa puas dengan melihat kemajuan putra-putrinya yang cacat bisa melakukan sesuatu seperti anak normal lainnya, murid-muridku tunarungu bisa berbicara walaupun tidak bisa senormal anak normal lainnya, murid-muridku yang lain bisa bertanya,  dan dapat mengungkapkan apa yang disuka dan yang tidak disuka. Aku ingin murid-muridku bisa tersenyum menikmati pendidikan yang mereka dapat, walaupun materi pelajaran yang mereka terima   tidak sama dengan pendidikauntuk anak normal.

Waktu begitu cepat berlalu. Kesejahteraan guru mulai menjadi perhatian saat ini. Tahun 2011 aku dipanggil mengikuti beasiswa  kuliah Pendidikan Profesi Guru (PPG). Kuliah pendidikan profesi guru (PPG) adalah salah satu syarat untuk mendapatkan tunjangan profesi. Selama enam bulan aku mendapat bekal pendidikan, tiga Bulan melakukan praktik pengalaman lapangan mengajar, dan tiga bulan berikutnya kami harus membbuat laporan selama mengikuti perkulihan. Pendidikan profesi Guru (PPG). Tahun 2012 perkuliahaselesai dan kami diwisuda, Kembali aku masuk sepuluh besar mahasiswa terbaik selama kuliah di PPG UPI Bandung. Tahun berikutnya aku mendapatkan tunjangan profesi yaitu tunjangan sertifikasi sampai sekarang. Menjadi guru sekarang adalah sebuah kebanggaan, profesi guru sekarang bisa disejajarkan dengan profesi lainnya. 

Bersyukur aku tinggal di provensi Jawa Barat, Pemerintah provinsi Jawa Barat. memberikan tunjangan perbulan selain gaji sebagai PNS kepada guru SLB dan PNS-PNS di lingkungan provinsi Jawa Barat lainnya. Aku juga bisa berkeliling seluruh Indonesia dengan seringnya dipanggil oleh Direktorat Pendidikan  Khusus dan   Menengah  Jakarta  untuk  mengikuti  Bimtek,  workshop,  dan  penataran-penataran. Bahkan studi banding ke luar negeri. Untuk menambah wawasanku tahun 2015 aku mendaftar sekolah pasca sarjana di Universitas Islam Nusantara Bandung, tahun 2018 aku lulus dan resmi menjadi seorang Mangister Pendidikan dengan predikat Cum Laude.

Dari semua pengalaman yang saya alami selama menjadi guru  dapat saya simpulkan, jangan pernah merasa putus asa, tetap berusaha, berdoa dan lakukaan semua dengan iklas dan ridho, serta cintailah pekerjaan kita dengan tulus.   Salah satu pelajaran berharga yang dapat dipetik selama mengabdikan diri menjadi guru adalah   selalu   bersyukur.   Terutama   bersyukur   dengan   apa   yang   dimiliki. InsaAllah kita   mendapat semua yang kita inginkan dengan diridhoi oleh Allah SWT. Yakinlah, Tuhan tidak akan menyia-nyiakan perjuangan dan pengorbanan kita sekecil apa pun. Asalkan semua yang kita lakukan berdasarkan ketulusan dan keikhlasan. Mudah-mudahan cerita ini dapat menginsfirasi guru-guru lainnya.Aku bersyukur atas apa yang telah kudapat selama ini, Tidak terasa sudah hampir 17 tahun aku menjadi guru SLB bagi anak-anak berkebutuhan khusus atau anak cacat. Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang mulia bagiku . Semuanya membutuhkan proses. Begitu juga dengan menjadi seorang guru. Untuk menjadi seorang guru tidak hanya cerdas yang dibutuhkan, tetapi juga pemahaman dan pengalaman. Jangan pernah takut untuk bermimpi.  Dengan berani bermimpi, itu artinya Kita juga berani mengambil resiko untuk mewujudkannya. Ketika Kamu sudah berusaha, Percayalah. Tuhan tahu yang terbaik untuk kehidupanmu. Teruskan cita-cita mu untuk menjadi Guru. Jangan pernah takut untuk menjadi Guru. Buktikan kepada dunia, Bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat mulia.  Profesi guru sekarang telah banyak diminati, tapi dulu mungkin profesi ini hanya bagi mereka yang betul-betul ingin mengabdi.



 

Guru Penggerak adalah agen-agen perubahan dalam dunia pendidikan

  OLEH  IDA LIANA Melalui Program Guru Penggerak, pendidik dapat meningkatkan kompetensinya sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada...